pesona wisata candi kalicilik blitar
SEJARAH
CANDI KALICILIK BLITAR
Kafiatul Maria Sinta
NIM: 1888201006
Program
Studi S1 Pendidikan Bahasa Indonesia
Fakultas
Ilmu Pendidikan dan Sosial
Universitas
Nahdlatul Ulama Blitar
CANDI
KALICILIK terletak di Dukuh Kalicilik, Kelurahan Candirejo, Kecamatan Ponggok,
Kabupaten Blitar. Asal mula nama
Kalicilik dikarenakan pada bagian belakang candi terdapat sungai kecil atau
dalam bahasa jawa disebut dengan “kali” sedangkan “cilik” artinya kecil. Nama
lain dari candi kalicilik ini adalah candi Genengan atau candi Puton. Bangunan
candi terbuat dari batu bata merah,
memiliki tinggi bangunan 8,3 meter dan luas 6,8 x 6,8 meter persegi. Dengan
tinggi yang sedemikian Candi Kalicilik sudah tidak memiliki puncak candi. Candi
Kalicilik ini terdiri atas tiga bagian yaitu candi, tubuh candi dan atap candi.
Pada tahun 1913, candi ini pernah dipugar oleh
Belanda untuk mengantisipasi keruntuhannya. Pemugaran terakhir dilakukan pada
tahun 1992-1993.
Pintu
masuk candi berada disebelah barat, dan terdapat pintu semu pada ketiga sisi
tubuhnya yang lain. Diatas pintu masuk dan pintu semu terdapat hiasan kepala
kala.
Gambar
hiasan kepala kala di atas pintu masuk candi
Yang menarik dari
hiasan kala disini, bentuknya yang bertaring ganda,bertelinga besar dan memakai
perhiasan permata dari tengkorak. Sedangkan bagian atap candi sudah runtuh.
Sifat
keagamaan candi kalicilik adalah Hindu, yang dibuktikan dengan adanya arca Maha
Kala yang merupakan perwujudan Siwa dalam bentuk penjaga candi dan area Siwa
maha guru yang terletak di halaman candi.
Candi
ini merupakan peninggalan masa kerajaan Majapahit sebagaimana ditunjukkan oleh
pahatan angka tahun 1271 Saka (1349 M )
yang terdapat diatas ambang pintu masuk. Dengan demikian candi ini
sezaman dengan masa pemerintahan Raja Tribuwana Wijayatunggadewi.
v Gambar bagian atap dalam candi
Kalicilik
Ketika memasuki bagian dalam candi pada langit-langit
akan ditemukan sebuah hiasan yang disebut dengan Surya Majapahit. Dengan
mengetahui bentuk Surya Majapahit itu, pembangunan candi juga dapat diketahui.
Karena pada setiap periode memiliki bentuk Surya Majapahit yang berbeda-beda.
Jumlah pengunjung di candi ini terbilang cukup sedikit,
bahkan dapat dihitung dengan hitungan jari. Hanya orang-orang tertentu yang
berkunjung ke candi ini. Hal ini dikarenakan tidak ada fasilitas pendukung
sebagai objek pariwisata. Hanya pos penjagaan dan pagar pengaman agar
keberadaan candi ini tidak rusak dan hilang karena ulah orang yang tidak bertanggung
jawab. Sudah selayaknya objek wisata yang berada di pinggiran juga
diperkenalkan kepada masyarakat luas melalui agenda pariwisata yang bisa
diadakan Pemkab Blitar, agar potensi yang ada bisa tergali dan bisa dirasakan
masyarakat sekitarnya.

Komentar
Posting Komentar